Kue Putu Favorit Cemilan Pada Malam Hari

Kue putu merupakan jajanan tradisional khas Indonesia, terutama dari budaya Jawa, yang cukup populer. Kue ini dibuat dari tepung beras yang diolah menjadi butiran kasar, diberi isian gula merah (gula Jawa), lalu dikukus menggunakan cetakan bambu berukuran kecil. Setelah matang, kue putu disajikan dengan taburan kelapa parut yang telah dikukus bersama sedikit garam, menciptakan kombinasi rasa manis dan gurih yang unik. Saat dikukus dalam bambu, uap yang keluar menghasilkan suara “tuut” yang khas, menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pedagang kue putu keliling yang biasa muncul di waktu senja hingga malam.

Asal-usul kue putu diduga dipengaruhi oleh kue “puttu” dari India, yang dibawa ke Nusantara melalui perdagangan atau pertukaran budaya. Di Indonesia, kue ini disesuaikan dengan penggunaan gula Jawa sebagai isian, berbeda dari versi India yang kadang memakai kacang hijau atau bahan lain. Biasanya, kue putu berwarna putih atau hijau (dari pandan), meski ada variasi seperti Putu Bugis dari Sulawesi Selatan, yang terbuat dari ketan hitam dan disajikan dengan sambal serta kelapa parut sebagai menu sarapan. Bentuk silindrisnya berasal dari cetakan bambu, dan nama “putu” diambil dari kata Jawa “puthu,” yang berarti “bundar” atau “lingkaran,” mengacu pada tabung bambu yang digunakan.

Lebih dari sekadar camilan lezat, kue putu membawa sentuhan nostalgia dan nilai budaya. Proses pembuatannya yang simpel namun membutuhkan ketelatenan mencerminkan kesabaran, sementara perpaduan bahannya menunjukkan keharmonisan dalam kekayaan kuliner Indonesia.

Bahan-Bahan:

  • Adonan:
    • 200 gram tepung beras (kukus selama 15 menit agar teksturnya lebih baik)
    • 110 ml air (sesuaikan dengan kelembapan tepung, bisa ditambah atau dikurangi)
    • 6 lembar daun pandan (untuk warna dan aroma alami)
    • 3/4 sdt garam
    • Pewarna pandan secukupnya (opsional, bisa diganti dengan pasta pandan)
  • Isian:
    • 150 gram gula merah, disisir halus
  • Taburan:
    • 150 gram kelapa parut (pilih yang tidak terlalu tua), campur dengan 1/4 sdt garam, kukus 10 menit
  • Alat (opsional):
    • Cetakan bambu (diameter 3-5 cm) atau daun pisang sebagai pengganti

Cara Membuat:

  1. Siapkan Air Pandan:
    • Potong kecil-kecil daun pandan, lalu blender dengan 110 ml air. Saring untuk mendapatkan jus pandan. Tambahkan sedikit pewarna atau pasta pandan agar warnanya lebih cerah (opsional). Sisihkan.
  2. Campur Adonan:
    • Dalam wadah, campur tepung beras yang sudah dikukus dengan garam. Tuang air pandan sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga adonan menjadi butiran halus mirip tepung roti. Jangan terlalu basah atau terlalu kering.
  3. Siapkan Cetakan:
    • Jika pakai bambu: Siapkan tabung bambu kecil. Jika tidak ada, potong daun pisang (lebar 6 cm, panjang sesuai kebutuhan), bentuk silinder, dan staples ujungnya.
  4. Isi Adonan:
    • Masukkan adonan ke dalam cetakan hingga setengah penuh. Tambahkan gula merah sisir secukupnya di tengah, lalu tutup lagi dengan adonan hingga penuh. Jangan dipadatkan terlalu kuat agar uap bisa meresap.
  5. Kukus:
    • Panaskan kukusan hingga air mendidih. Letakkan cetakan di dalamnya, kukus selama 15-20 menit dengan api sedang hingga matang. Jika menggunakan bambu, kamu akan mendengar suara uap khas.
  6. Sajikan:
    • Angkat kue putu dari cetakan. Jika pakai daun pisang, buka perlahan. Taburi dengan kelapa parut yang sudah dikukus. Nikmati selagi hangat bersama teh atau kopi.

Tips:

  • Pastikan tepung beras dikukus terlebih dahulu agar teksturnya lebih padat dan tidak hancur saat dimasak.
  • Jika ingin variasi, gula merah bisa diganti dengan cokelat atau abon untuk rasa modern.
  • Gunakan kelapa parut segar untuk rasa yang lebih autentik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *