Jakarta, 14 Juli 2025 – Ramen, hidangan mi kuah yang identik dengan kuliner Jepang, telah menjadi favorit di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dengan mi kenyal, kuah kaldu yang kaya rasa, dan berbagai topping seperti daging, telur rebus, dan nori, ramen berhasil memikat hati pecinta kuliner. Namun, tahukah Anda bahwa ramen sebenarnya bukan berasal dari Jepang? Berikut fakta sejarah dan asal-usul ramen yang mungkin akan mengejutkan Anda.
Akar Ramen dari Tiongkok
Ramen, yang kini dianggap sebagai ikon kuliner Jepang, sebenarnya berasal dari Tiongkok. Kata “ramen” sendiri berasal dari istilah Mandarin lamian (拉麵), yang berarti “mi tarik” atau “pulled noodles.” Hidangan mi kuah ini pertama kali diperkenalkan ke Jepang oleh pedagang dan imigran Tionghoa pada akhir abad ke-19, tepatnya setelah Restorasi Meiji (1868), ketika Jepang membuka pelabuhannya untuk perdagangan internasional.
Menurut catatan Museum Ramen Shin-Yokohama, ramen mulai dikenal di Jepang sekitar tahun 1859, saat pelabuhan seperti Hakodate, Kobe, dan Yokohama menjadi pintu masuk pengaruh budaya Tionghoa. Salah satu hidangan awal yang dianggap sebagai cikal bakal ramen adalah nankinsoba (mi Nanjing), yang disajikan di restoran bergaya Barat bernama Yowaken di Hakodate pada tahun 1884. Hidangan ini merupakan mi kuah sederhana ala Tionghoa yang belum sepenuhnya menyerupai ramen modern.
Awal Mula Ramen di Jepang
Sejarah ramen modern dimulai pada tahun 1910, ketika restoran Rairaiken di Asakusa, Tokyo, didirikan oleh Kanichi Ozaki. Restoran ini, yang mempekerjakan 13 koki Tionghoa dari Pecinan Yokohama, memperkenalkan shina soba (mi Tionghoa), yang menjadi cikal bakal ramen ala Jepang. Shina soba ini terdiri dari mi gandum kuning kenyal, kuah kaldu berbasis kecap asin (shoyu), dan topping seperti daging babi panggang (chashu), rebung (menma), daun bawang, dan nori. Berbeda dengan mi Tionghoa yang biasanya hanya dibumbui garam, shina soba memiliki cita rasa yang disesuaikan dengan selera Jepang, menjadikannya hidangan yang orisinal.
Pada masa itu, Rairaiken menjadi sangat populer, melayani hingga 2.500–3.000 pelanggan per hari, terutama pada hari-hari perayaan seperti Tahun Baru. Kesuksesan restoran ini menandai awal transformasi ramen dari hidangan Tionghoa menjadi kuliner khas Jepang.
Evolusi Ramen di Jepang
Ramen terus berkembang seiring waktu, terutama setelah Perang Dunia II. Pada masa pendudukan Amerika (1945–1952), Jepang mengalami kelangkaan beras, dan Amerika membanjiri pasar dengan tepung gandum murah. Hal ini mendorong produksi mi gandum, bahan utama ramen, sehingga kedai ramen mulai menjamur. Kebijakan pelonggaran kontrol tepung terigu pada tahun 1950 juga memungkinkan lebih banyak pedagang membuka kedai ramen, baik di gerobak kaki lima maupun restoran kecil.
Pada tahun 1958, Momofuku Ando, pendiri Nissin, menciptakan inovasi besar dengan meluncurkan ramen instan pertama di dunia, Chikin Ramen. Produk ini lahir dari pengamatan Ando terhadap antrean panjang di kedai ramen pasca-perang. Ramen instan ini tidak hanya mempopulerkan ramen di Jepang, tetapi juga memperkenalkannya ke pasar global, termasuk Indonesia.
Ramen juga mengalami transformasi regional di Jepang. Setiap daerah mengembangkan variasi ramen khasnya, seperti:
- Shoyu Ramen (Tokyo): Kuah berbasis kecap asin dengan kaldu ayam atau ikan, disajikan dengan topping seperti chashu, nori, dan telur rebus.
- Miso Ramen (Hokkaido): Kuah kental berbasis pasta kedelai fermentasi (miso), yang konon tercipta secara tak sengaja ketika seorang pelanggan meminta ramen dicampur dengan sup miso.
- Tonkotsu Ramen (Kyushu): Kuah kental dari kaldu tulang babi yang dimasak lama, memberikan tekstur creamy dan rasa gurih.
- Shio Ramen (Hakodate): Kuah bening berbasis garam laut, yang dianggap sebagai varian tertua, terinspirasi dari hidangan Tionghoa.
Ciri Khas Ramen: Kansui dan Kenyalnya Mi
Salah satu elemen yang membedakan ramen dari mi lain adalah penggunaan kansui, air garam mineral dari danau di Mongolia yang memberikan mi tekstur kenyal dan warna kuning khas. Di Jepang, kansui sering digantikan dengan campuran natrium karbonat atau kalium karbonat untuk mencapai efek serupa. Bahan ini, yang berasal dari tradisi Tionghoa, menjadi kunci dalam menciptakan mi ramen yang elastis dan berbeda dari mi soba atau udon.
Adaptasi Global dan Popularitas di Indonesia
Ramen tidak hanya berkembang di Jepang, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, restoran ramen seperti Ichiran, Ippudo, dan kedai lokal telah mengadaptasi rasa untuk memenuhi selera lokal, misalnya dengan menawarkan ramen halal berbasis kaldu ayam atau seafood. Banyak restoran juga menghilangkan topping babi untuk menghormati preferensi budaya dan agama.
Popularitas ramen di Indonesia juga didukung oleh budaya pop Jepang, seperti anime dan drama, di mana ramen sering muncul sebagai makanan favorit karakter, seperti Naruto. Selain itu, tradisi “slurping” (menyeruput mi dengan suara) yang dianggap sopan di Jepang sebagai tanda penghargaan terhadap chef juga mulai dikenal di kalangan penggemar ramen di Indonesia.
Etika Makan Ramen
Makan ramen di Jepang memiliki etika tersendiri. Selain menyeruput mi dengan suara sebagai tanda kenikmatan, pengunjung dianjurkan untuk makan dengan cepat agar mi tetap kenyal dan kuah tetap panas. Penggunaan sendok untuk kuah dan sumpit untuk mi serta topping juga merupakan bagian dari pengalaman autentik menyantap ramen. Namun, di Indonesia, beberapa etika ini mungkin disesuaikan dengan norma lokal, seperti menghindari suara berisik saat makan.
Mengapa Ramen Begitu Dicintai?
Keunikan ramen terletak pada perpaduan mi kenyal, kuah kaldu yang kaya, dan topping yang bervariasi. Dari akarnya sebagai hidangan Tionghoa sederhana, ramen telah berevolusi menjadi simbol kuliner Jepang yang mendunia, dengan variasi yang terus bertambah. Di Indonesia, ramen tidak hanya menjadi makanan, tetapi juga bagian dari pengalaman budaya yang menghubungkan pecinta kuliner dengan tradisi Jepang.
Jadi, lain kali Anda menikmati semangkuk ramen, ingatlah bahwa hidangan ini memiliki sejarah panjang yang berawal dari Tiongkok dan diperkaya oleh inovasi Jepang. Apakah Anda penggemar shoyu, miso, atau tonkotsu? Bagikan ramen favorit Anda dan nikmati pengalaman kuliner yang tak terlupakan!