Mengapa Pizza Selalu Jadi Comfort Food Favorit? Plus Resep Mudah Bikin Sendiri!

Pizza adalah hidangan khas Italia yang terdiri dari adonan tepung yang dipanggang, diolesi saus tomat, ditaburi keju mozzarella, dan diberi topping seperti daging, sayuran, atau kreasi lokal seperti sambal matah. Berawal dari Napoli pada abad ke-18, pizza kini jadi fenomena global, disukai karena rasanya yang lezat dan kemampuannya menyatukan orang dalam momen kebersamaan. Apa rahasia pizza sebagai comfort food favorit? Kombinasi karbohidrat, lemak, dan umami yang memicu dopamin, plus fleksibilitas topping yang cocok untuk semua selera, membuatnya tak pernah gagal bikin hati senang.

Pizza itu universal. Dari Margherita yang simpel sampai pizza rendang, ada pilihan untuk semua—anak kecil, vegetarian, atau pecinta pedas. Di Indonesia, topping seperti sate atau tempe goreng bikin pizza makin dekat dengan lidah lokal. Fleksibilitas ini menjadikan pizza solusi sempurna untuk acara apa pun, dari kumpul keluarga sampai malam santai.

Pizza juga perekat emosi. Bentuknya yang mudah dibagi dan kehadirannya di pesta atau nonton bareng bikin momen jadi hangat. Berebut potongan terakhir atau ketawa gara-gara keju nempel di dagu? Itu kenangan yang bikin pizza lebih dari sekadar makanan.

Resep Pizza Homemade Super Gampang

Pengen bikin pizza sendiri? Resep ini simpel, cocok untuk pemula, dan bisa pake teflon kalau nggak punya oven. Yuk, coba!

Bahan Adonan (untuk 2 pizza ukuran 25 cm):

  • 300 gram tepung terigu (biasa untuk roti)
  • 1 sdt ragi instan
  • 1 sdt gula
  • 1 sdt garam
  • 2 sdm minyak goreng
  • 180 ml air hangat

Bahan Saus Tomat:

  • 150 gram saus tomat kemasan (atau 200 gram tomat diblender)
  • 1 sdt oregano kering
  • 1 sdt gula
  • 1/2 sdt garam
  • 1 sdm minyak goreng

Topping (contoh, sesuaikan selera):

  • 150 gram keju mozzarella (atau cheddar, parut)
  • 100 gram sosis, iris tipis
  • 1/2 paprika, iris
  • Jamur, iris (opsional)

Cara Bikin:

  1. Adonan: Campur ragi, gula, air hangat, diamkan 5-10 menit sampai berbusa. Campur tepung, garam, tambah campuran ragi dan minyak. Uleni 8 menit sampai mulus. Tutup, diamkan 1 jam hingga mengembang.
  2. Saus: Panaskan minyak, masukkan saus tomat, oregano, gula, garam. Masak 5 menit sampai kental. Dinginkan.
  3. Bentuk: Panaskan oven 200°C (atau siapin teflon). Bagi adonan jadi 2, gilas tipis (25 cm). Taruh di loyang/teflon yang dioles minyak.
  4. Topping: Oles saus, tabur keju, susun sosis, paprika, jamur. Tambah oregano.
  5. Panggang: Oven 12-15 menit sampai keju lumer. Kalau teflon, masak api kecil, tutup, 10-12 menit, cek kematangan.
  6. Sajikan: Potong 6-8 slice, nikmati hangat dengan saus sambal kalau suka pedas.

Tips:

Sisa pizza? Panasin di teflon, tetep enak!

Adonan lebih renyah? Tambah 1 sdm tepung maizena.

Topping lokal: coba ayam suwir pedas atau tempe goreng.

Croissant Roti dari Prancis yang Menjadi Favorit Banyak Orang

Croissant adalah salah satu jenis roti paling terkenal di dunia, menjadi simbol dari kuliner Prancis. Bentuknya yang khas, menyerupai bulan sabit, serta teksturnya yang renyah di luar dan lembut di dalam, menjadikannya camilan yang sangat digemari oleh banyak orang.

Asal-usul croissant sering kali diperdebatkan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa roti ini terinspirasi oleh “kipferl”, sejenis kue yang telah ada di wilayah Austria sejak Abad Pertengahan. Namun, croissant seperti yang kita kenal sekarang mulai muncul di Prancis pada abad ke-19. Pembuatan croissant sering kali dikaitkan dengan pembuat roti Prancis yang belajar membuat roti ini saat mengunjungi Wina, Austria. Sejak saat itu, croissant berkembang menjadi makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat Prancis dan menyebar ke seluruh dunia.

Pembuatan croissant adalah proses yang memerlukan ketelatenan dan keterampilan. Adonan dasar dibuat dari campuran tepung terigu, air, ragi, gula, dan garam. Namun, yang paling khas dari croissant adalah teknik “lamination” yang digunakan. Teknik ini melibatkan melipat lapisan mentega di antara lapisan adonan berulang kali. Proses ini menciptakan lapisan-lapisan tipis yang memberi croissant tekstur bergelembung dan renyah saat dipanggang.

Setelah melalui proses fermentasi, adonan dibentuk menjadi bentuk bulan sabit dan kemudian dipanggang hingga berwarna kecokelatan. Aroma yang dihasilkan saat memanggang croissant sangat menggugah selera dan menarik perhatian siapa pun yang berada di dekatnya.

Croissant telah menjadi bagian dari budaya sarapan yang banyak diperkenalkan di kafe-kafe dan restoran di seluruh dunia. Di Prancis, croissant sering disajikan dengan kopi atau cokelat panas. Kelezatan croissant ini menjadikannya sering dijumpai dalam berbagai acara, baik itu sarapan santai, brunch, atau bahkan sebagai camilan sore.

Makanan Creamy Khas Italia Favorit Semua Orang

Spaghetti Carbonara atau Carbonara adalah masakan ala Italia berupa spageti yang dimasak dengan saus telur, keju dan daging. 

Spaghetti sendiri sebenarnya bisa terdiri dari berbagai jenis, mulai dari aglio e alio yang sederhana, hingga carbonara, pasta yang bertekstur creamy yang cukup terkenal.

Penambahan cream dalam pembuatan spageti carbonara adalah hal yang salah dan banyak masyarakat Italia masih memperdebatkan daging yang digunakan, apakah guanciale atau pancetta. Bahan utama Spaghetti Carbonara adalah pasta, telur, pecorino, dan lada hitam.

Sebagai masakan yang merakyat dan populer, terdapat beberapa klaim asal mula carbonara,

  • Teori pertama menyebutkan carbonara ditemukan oleh “carbonai”, pekerja pembuat arang yang tinggal di pegunungan Apennina. Saat tinggal di luar rumah, ia memasak pasta dengan keju, daging asin, minyak zaitun, garam dan lada.
  • Teori kedua. Seorang penjual batubara yang mendirikan rumah makan Carbonaro di Roma pada tahun 1912 dan menciptakan masakan yang menjadi signature dish “penne alla carbonara”.  Masakan ini terbuat dari pasta, lemak babi, telur dan guanciale.
  • Teori ketiga. Tentara Sekutu yang menduduki Italia pada tahun 1944 membagi-bagikan bacon dan telur kepada penduduk Roma. Mereka memasak makanan dengan anglo di jalan-jalan kota dan menciptakan pasta dengan tambahan keju. Teori ini didukung oleh Alan Davidson dalam buku The Oxford Companion to Food. Sebagian orang tua Roma masih mengingat makan carbonara pada saat Perang Dunia II.